Tuesday, June 23, 2009

tepi-tepi serak

sambil melangkah peri-peri
kadang satu lompat pasti
kadang ragu
tapi terus melangkah maju

rencana susun rapi
baca jaga dari segala sisi
jalan panjang seolah gelap tak bertepi
bekal pelita itu kadang redup
kadang pendar-pendar
kami jaga ganti-ganti

cahaya datang
kami bersorak riang
terang benderang
mungkin terlalu terang
sehingga silau memandang


lengah batu diantuk
jatuh
sibuk mengaduh
patah
padam

riang sorak sorai tadi
tinggal serak suara tepi-tepi

sebentar,
buka-buka
saku satu dua
satu
dua
tiga
empat
seharusnya empat

tapi..
kemana empat?

....

kemana empat?

....

hm, saku-saku
isi satu-satu
sampai langkah
jalan bertepi tanpa peri-peri

Tuesday, June 16, 2009

aku dan para kamu

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/06/16/1722294/pemilih.indonesia.masih.melihat.quottampilanquot.luar

ha.
tadi pagi saya ngobrol dengan teman seruangan tentang kebingungan saya menjelang juli nanti. ya, semakin dekat dengan hari pemilihan itu, saya semakin bingung tak tahu harus memilih siapa. awalnya saya kira saya sudah mantap dengan jodoh saya, pasangan ini dan anu. tapi beberapa minggu kemudian saya berubah pikiran. ah, sepertinya pasangan itu dan ini lebih meyakinkan.

eh, semakin ke sini semuanya keliatan banget ambisinya dan makin santer cela-celaan. ih. kok lucu ya? pada mau ngapain sih orang-orang itu?

iya ya.. kok sibuk betul, sampai emosi jiwa begitu membela diri? hehehe...

seperti rangkuman debat capres tadi malam (meski lebih tepat disebut kuis tebak capres, kl menurut saya, karena sama sekali ngga ada debat-debatnya): untuk memilih pasangan yang pro rakyat dan melanjutkan program dengan lebih cepat dan lebih baik.

huahahaha...
setiap mereka berusaha keraas memperlihatkan strategi perang mereka lah yang terbaik. hihihi.. kata mereka dan tim suksesnya, rakyat memang perlu pola kampanye yang seperti itu. seperti apa pak? bu? yang saling tuding? saling sindir? saling mengklaim sudah berbuat ini dan itu untuk rakyat, di masa kejayaan mereka masing-masing..? huihihi.. ini lucu. karena? karena apa ya?

ngga tau deh. menurut saya, kalau memang tulus mengakomodir kepentingan rakyat, simpelnya, untuk apa sih mereka gontok2an di panggung kampanye? kalau salah satu dari mereka menjadi pemimpin, berarti yang lain menjadi yang dipimpin kan? menjadi bagian dari komunitas rakyat itu sendiri. aduh, saya ini naif banget ya. ya, sudah jelaslah tidak mungkin semurni itu. meski bungkusnya sopan, wangi, rapi jali, pasti ada misi kheuseus yang mereka bawa. ada udang selalu di balik bakwan.. meski bakwan juga ngga selalu pake udang...

hahaha... ini tulisan apa sih? ngga mutu..

ya... saya kan cuma rakyat kecil yang biarpun bodoh dan buta politik merasa suaranya, yang bakal kadaluarsa lima tahun lagi, sangat mahal.. menyerahkan diri untuk dipimpin, disuruh apa-apa manut. ah aku kan tak mau salah pilih kamyu...

Wednesday, June 3, 2009

nyonya dari desa tetangga

Senyum ramah seperti tak pernah lepas dari wajahnya. Saya mengenalnya karena suaminya dulu pernah bekerja pada nenek membersihkan kebun dan merawat tanaman-tanaman nenek yang banyak itu. Sesekali ia datang saat nenek sedang perlu bantuan di dapur atau butuh tenaga tambahan untuk bersih2 rumah. Sekarang si suami sudah jarang beredar, sedang sibuk mengkaderkan diri di salah satu parpol berlambang matahari.

Iseng, sore itu saya mengajaknya ngobrol. Ingin tahu seperti apa hidup perempuan bersahaja ini. "eh yuk, pernah sedih ngga sih?" tanya saya penasaran melihat wajahnya yang slalu smiling all the time. jujur, saya sendiri merasa konyol dengan pertanyaan ini, buktinya dia menjawab sambil cengengesan.

"ah, mba. ya pernah dong.. saya mah suka sedih"
saya tersenyum, sedih kok bangga?
namun saya paham. maksudnya bukan suka sedih, tapi sering, banyak hal-hal yang kalau ia mau bisa ia jadikan bahan ratapan setiap saat.

Bukan, bukan sebuah pertanyaan naif yang saya lontarkan padanya.
Sambil tangannya terus mencari urat kaki yang mrengkel, yu kosim, bibi pijat ini bercerita tentang hidupnya.

Meski sudah sering bertemu, baru kali ini ia curhat pada saya. Anaknya 4 orang, yang pertama masih menganggur, yang kedua dan ketiga sudah bekerja. sementara si bungsu yang paling cantik, satu-satunya perempuan, masih bersekolah di SMK. "Biar cepet dapat kerja," ujar si iyuk.

Si sulung, usianya hanya terpaut 4 tahun dari saya. Harapan kedua orang tuanya pupus dilibas mobil sedan seorang mahasiswi kaya. Sebuah kecelakaan merenggut kaki kanan sang putra tersayang. Kecelakaan yang tidak perlu, jika saja perempuan muda itu mau mengurangi laju cepat mobil barunya dan lebih waspada. Ceroboh.

Keluarga si gadis menyatakan siap bertanggung jawab penuh. Didorong perasaan bersalah, mereka rajin menyantuni si sulung. setiap puasa,lebaran, ulang tahun, cek up ke dokter, hujan perhatian turun lebat; dari uang, baju, buku, makanan, bahkan membeli kaki palsu, saat waktunya tiba nanti... tapi sulung tidak mau. Ia marah, ia benci perempuan itu, perempuan ceroboh yang sudah mencabut paksa telapak kakinya. "Ngga bakalan deh dia mau pakai baju kalau tahu dikasih dari orang itu. sakit jiwanya (sakit hati)."

"Setiap hari, saat shalat saya juga nangis. tapi diem-diem, takut anak saya lihat, jadinya ntar dia ikutan sedih dah. kalau dipikir kenapa sih ya harus dia gitu? padahal kan dia masih muda ya. tapi ya udah lah, sekarang kan tinggal cari solusinya ya," kata iyuk sambil tetap tersenyum.

Yu Kosim selalu begitu. kalau ngobrol, mau sedih, seneng atau marah, raut mukanya selalu senyum, kata-katanya lugu dalam balutan dialek betawi-jawa.

malam kemarin kami bertemu lagi.

"gimana anaknya?"

"masih sama mba. nunggu lukanya kering." diam sesaat ia melanjutkan,
"saya lagi ngumpulin uang mba, buat beli kaki palsu."

"kan mahal yuk. memang ngga jadi dibeliin?"

"katanya sih begitu, masih belum jelas juga, tapi saya ngga mau tergantung. Lagipula kalau dia tau dari orang itu, pasti ngga bakalan dipake dah tuh kaki."

"Uangnya udah kekumpul yuk?"

"Yah, masih ngumpul dikit-dikit sih. Tapi saya paling ngga mau yang namanya ngemis. minta-minta belas kasihan orang gitu, saya ngga mau. Mau dikasih brapa juga sama orang, saya terima. Memang udah begitu rejekinya ya diterima. Saya percaya rejeki itu sudah diatur sama Allah, selama kita berusaha, pasti ada aja dah."

mantap kan?

Kalau dihitung dengan otak manusia mustahil keadaan itu bisa dicapainya. Brapa sih penghasilan buruh cuci dan tukang pijat? tapi semangatnya itu, keyakinannya pada
kuasa Tuhan dan optimisme dalam kerja kerasnya, bukan gerutu atau rutukan pada keadaan, patut diacungi jempol. tinggi-tinggi.

ah, kata siapa sih perempuan mahluk lemah?
salah itu...
perempuan itu kuat. :)

Tuesday, June 2, 2009

the pray

Dengan nama Allah atas diriku, hartaku, dan agamaku.
Ya Allah berikanlah aku kerelaan atas putusanMu dan berkahilah segala apa yang Engkau berikan padaku sehingga aku tiada suka mempercepat apa yang Engkau lambatkan dan memperlambat apa yang Engkau cepatkan. Ya Allah tiada yang mudah selain yang Engkau mudahkan dan kesulitan yang mudah jika Engkau menghendaki. (Doa Rasulullah SAW. HR. Ibnu Hibban)


To my dearest fella across another side of this extraordinary world, may this pray would strengthen you more.. :)