Monday, January 28, 2008

kenapa Leonardo?

antusias. perasaan itu yang selalu saya rasakan setiap akan melihat pentas Teater Koma. meski, hampir selalu lupa mengecek lakon apa yang akan saya lihat, tapi saya selalu antusias setiap melangkah ke kursi penonton sambil menenteng buku program.

kegemaran saya pada pentas seni peran sebetulnya tumbuh sejak awal kuliah. yah, belum terlalu lama sih. Lakon Sampek Engtay di Teater Tanah Airku lah yang membuat saya kepincut dengan kelompok sandiwara asuhan Nano Riantiarno ini. Dongeng era kejayaan Cina peranakan tempo dulu itu dibawakan sangat segar. meski saat itu saya cuma bisa duduk di tangga kursi kelas festival (itu juga bayar 10ribu), tapi di akhir pertunjukan saya bertepuk tangan girang, standing applause
malah. kagum dengan pengalaman pertama saya nonton teater. narasi yang jenaka, alunan musik yang gembira, riang, dan ramai. kritik sosial yang dibungkus dengan komedi kental namun tetap nyelekit dan nyepet.

Dulu dalam benak saya teater itu punya warna abu-abu, muram, suram. penuh teriakan dan makian bernada kritik sosial dan politik sepanjang acara. hm, terlalu serius ah untuk bersenang-senang. kritik sih kritik, tapi kritik dengan cara jenaka lebih bisa bikin orang mikir dan 'nempel' di otak. but, seiring waktu saya sudah bisa paham tentang makian2 orang-orang di pentas teater. bahwa ada begitu banyak warna ketika seseorang menyampaikan aspirasinya. yah, simpelnya tergantung selera aja sih.

oke, kembali ke teater koma. saya cuma mau cerita pengalaman saya mengikuti pentas2nya teater ini. kali kedua adalah ketika saya masih kuliah di bandung. demi nonton opera kecoa (yang dibantu juga oleh alm. musisi Hary Rusli), saya dan sahabat saya bela2in dateng ke dago pojok. padahal kami kost di jatinangor, sekitar 21 km arah ke sumedang. puas, kami pulang dengan perasaan terhibur sambil sibuk membahas tentang KKN yang jadi tema pentas malam itu di mobil.

pentas ketiga adalah Rock Opera. nah, yang ini rada mislek. bertiga dengan teman2 sma yang semuanya perempuan, kami datang ke JCC, berharap mendapatkan tontonan teater sepperti yang biasanya. gatot. itu adalah pertunjukan musikal, dengan teater koma sebagai salah satu pemeran utamanya. kami malah sempat BT karena ada satu penggemar iwan fals yang berteriak2 ngga karuan (mungkin mabuk) di dekat kami. alhasil, pertunjukan belum selesai, kami putuskan untuk pulang. kuciwa.

kukuciwaan itu sempat menghantui saya lagi di dua pertunjukan mereka berikutnya. sejak kakak saya menikah, saya dapet CSan baru untuk nonton teater. keluarga besar kakak ipar saya ternyata fans berat kelompok yang sudah mentas puluhan kali ini. mereka malah hafal nama-nama pemainnya dan punya menu sangu wajib saat break babak pertama. wuih, ini baru asik. berhubung di keluarga saya ngga ada yang suka nonton teater kecuali kepaksa, tentu saja ini membuat saya cukup bergembira. hehehe..


kembali ke kukuciwaan. yang pertama adalah saat lakon politik dasamuka digelar. meski sutradaranya bukan nano, kami still yakin pertunjukannya akan tetap renyah dan menggigit (punya gigi kalii). gatot. kami pulang dengan mulut ditekuk. "ah, ga lucu. ga rame iki," bapak berkomentar dengan jengkel. "iya ah kapok sm sutradara ini," kakak perempuanku menimpali. "iya, garing,"sambutku sambil manggut-manggut. "pokoknya jangan nonton ya mba kalo sutradaranya si ini lagi," tutup ibu yang juga kuciwa.

kukuciwaan kedua terjadi saat kami nonton pentas kemarin. sutradaranya bukan yang kemarin, sudah yang biasanya. favorit kami. tapi lakon yang disadur dari sastrawan kenamaan dari Eropa Timur itu kelewat serius untuk bapak dan ibu. bagus sih, tentang pertarungan moral. pesannya dalem banget, pas lah dengan seni teater. sayangnya bapak dan ibu lagi-lagi ga setuju. "ah, ga rame iki. ga lucu,"sahut bapak saat jeda babak pertama. sambil bongkar-bongkar sangu andalan, yaitu roti burger, ibu menimpali,"iyo, ga rame. ga ono nyanyi-nyanyi." "muleh wae ah,"ujar bapak memungkas kekesalannya. "aku yo ngantuk," kata ibu.

tinggal kami berempat yang saling plirak-plirik. "wah, gimana nih?" "lo mau pulang?" "hm, bosen sih, tapi sayang duitnya." "iye, ini perkara **ribu!" "ya udahlah yuk, kita masuk lagi."

akhirnya, sambil menahan kantuk, kami putuskan untuk masuk lagi, mencoba sekali-sekali nonton teater yang ngga banyak cengengesannya. hehehe. kau tetap idola kami, lakonmu sesungguhnya juga bagus sekali. tenang saja, kali ini korban kecewa hanya 2 orang. toh kami tetap ada di dalam sampai selesai.

sampai jumpa di pentas berikutnya! buu..buri..buburibu!

Saturday, January 26, 2008

ssst..

ssstt..

aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok.
tak berani aku membayangkannya.
tak berani aku merancang-rancang kemalangan itu.
tidak juga riangnya sorak-sorai.
tapi kubisikkan harapanmu pelan-pelan, membiarkan tunas-tunas kecil itu bertumbuh dulu.
aku tahu, Tuhan tidak pernah menjanjikan langit akan selalu cerah dan matahari bersinar hangat.
tapi Dia berjanji untuk menemaniku dalam doa dan ikhtiar.
jadi, kita bisikkan saja ya perlahan-lahan sambil melangkah terus ke depan.
pasti kamu setuju denganku, iya kan?

Tuesday, January 22, 2008

helo

ah, rumah baru.
mungil, asri, dan menghadap ke timur.
sempurna!