Tuesday, July 22, 2008

Juno dan Jenang Barokah

Apa perbedaan film juno dengan jenang Barokah? Ya beda laaaahhh... yang satu film, satu lagi dodol gitu.

Tapi, menikmati film ini saya analogikan dengan menikmati dodol itu. Suatu siang, teman saya dari departemen produk membawa oleh2 untuk kami. Satu boks jenang kudus (a.k.a dodol) merk Barokah, rasa nangka. My roomatte girang banget demi melihat dus oranye itu. Saya tak terlalu antusias, karena saya ngga suka dodol. Giung, kalau kata orang sunda. Yang paling rese, setelah makan dodol ada yang nempel2 nyangkut di sela gigi.

Nah suatu sore, di jam 4 yang rawan (rawan karena lapar sering bertamu tanpa diundang), di ruangan saya tak ada cemilan lain selain dodol itu. Untuk turun ke kantin dan beli makanan rasanya saya tak selapar itu. Akhirnya, saya comot satu dodol sambil bertanya kurang yakin pada teman saya, “Rasanya nangka banget ya? Manis banget ngga?” “Ngga terlalu manis kok, enak deh..”

***

DVD film Juno ini saya beli atas rekomendasi seorang teman. Waktu membaca resensinya, saya berpikir, “Hm, jalan ceritanya seperti sinetron. ABG SMU yang sexually active, kebobolan, hamil di luar nikah, bingung anaknya mau diapain, diledekin temen2 satu sekolah, malu, and so on.. and so on..”

Frame pertama dibuka dengan adegan 17+. “Tuh kan...,”komentar saya dalam hati. Untungnya Cuma bentar, 3 detik doang. Dan dari sana alur cerita dimulai maju dengan sedikit flashback ke bagaimana si ABG 16 tahun ini jatuh hati dengan teman satu sekolahnya, Paul Bleeker, si pemain inti tim basket sekolahnya sekaligus ayah biologis dari bayi yang dikandung Juno.

Selanjutnya Juno ke minimart, beli test pack, kebingungan saat hasilnya positif, lalu pulang ke rumah dengan gontai, telpon2an curhat sama sahabatnya di atas tempat tidur. Sempat ia mendatangi sebuah klinik untuk melakukan aborsi, tapi setelah diberitahu temannya bahwa bayi yang dikandungnya kemungkinan punya kuku (saya ngga paham apa relevansi kuku bayi dengan niat aborsi Juno yang ujug-ujug pupus). Hm, sejauh ini sih masih 11 12 ya sama sinetronnya dinasti punjabi..

Saya mulai curious ketika dua sahabat, Juno dan Leiah menemukan iklan di majalah bahwa ada pasangan super kaya yang sudah 5 tahun menikah, sangat mendambakan anak, dan mereka rela mengadopsi bayi siapapun. Juno pun membulatkan tekad untuk lapor pada orang tuanya dan langkah yang ia tempuh termasuk jalur mempelajari hukum adopsi.

Bedanya sama sinetron Indonesia, orang tua Juno kaget dengan wajar, ngga ada banting piring, gelas, sesak napas mendadak sampai jatuh ke lantai. Atau cut to cut muka ke muka yang berlebihan. They can handle it firmly. Setelah shock dan bertanya siapa pria itu, mereka langsung putar otak mengurus janji dokter kandungan dan to do list untuk menjaga kesehatan janin Juno, juga perlindungan hukum untuknya karena masih di bawah umur. Satu hal yang harus kita pelajari. Responsif bukan reaktif.

Nah, filmnya semakin menarik saat Juno bertemu Mark dan Vanessa di rumah mewah mereka. Di sana saya bisa melihat betapa lugas dan apa adanya Juno mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Terkadang lugu dan out of control (manner mode on... ;D) karena kepolosannya itu. Tapi itulah nikmatnya jadi Juno, gadis tomboy dengan rambut diikat awut2an, penyuka musik hardcore, berasal dari daerah pinggir ( yang ngga terlalu riweuh sama obrolan penuh tata krama), punya keluarga dan sahabat yang mendukung dia untuk menjadi apa adanya. Berani menempuh semua resiko dari tindakannya.

Klimaksnya adalah pasangan Mark dan Vanessa memutuskan untuk divorce, karena Mark ternyata belum siap jadi bapak, sementara Vanessa really die to born a baby. Juno frustasi dan kecewa berat karena Mark yang hobi bermusik dan selera horornya sama dengannya, Mark yang ia kagumi, ternyata cukup egois untuk tidak mau jatuh hati lagi dan berkorban untuk Vanessa. “You’ve been in love with her for years, and you can make another one.” “You’re still a child. You don’t understand.” (Terusannya ada yang menarik, tapi saya lupa. Hehe... nanti ya saya lanjutin)

Semua porsi pas dalam setiap adegan. Saya rasa film ini bisa saya tonton lagi nanti.

***
Setelah mencoba dodol Barokah rasa nangka, ternyata saya menyukai rasanya. Rasanya tidak terlalu manis, ada gurih santan, legit gula merah, dan aroma nangka yang tidak terlalu kuat. Porsi setiap bahannya pas. Adonannya juga kalis, ngga ketinggalan di sela-sela gigi apalagi bikin giung. Saya nanti titip lah kalau ada yang mau ke Semarang atau ke Kudus. Titip dibeliin dodol Barokah rasa nangka!

Sunday, July 13, 2008

Allah Yang Maha Penyayang..

Terima kasih karena sudah mengirim seorang ibu yang luar biasa hebat dengan hati seluas samudra. Semoga masih ada cukup waktu untukku memberinya kebahagiaan.

Monday, July 7, 2008

Aisyah, istri Rasul

Saya sedang membaca Aisyah The True Beauty, yang ditulis oleh Sulaiman An-Nadawi. Setelah cukup lama menimbang-nimbang buku Aisyah terbitan mana yang akan saya beli, akhirnya minggu lalu saya membeli buku terbitan pena ini di pameran. Lumayan ada diskon 30%. hehehe...

Tadinya saya sempat bingung, mana yang saya pilih "Khadijah" atau "Aisyah". Mengapa saya memilih membeli buku ini? Karena teman saya beli buku Khadijah, jadi kita bisa tukeran. hehehe.. ngga deng, tapi karena saya tertarik dengan cerita orang-orang tentang pribadi Aisyah, yang pemberani, tegas, keras kemauan (beda ngga ya sama keras kepala??), dan yang paling banyak merawikan sabda Rasulullah SAW (baca: hadits). Khadijah juga akan saya baca nanti, setelah teman saya selesai membacanya (teteeeup...).

Hm.. saya baru membaca sebagian kecil, itu pun masih saya pilah-pilah babnya, semau saya. Sayangnya, tidak sesuai dengan harapan. Saya berharap lewat buku ini akan mengenal sosok Aisyah RA lebih dekat. Misalnya masa-masa sejak beliau kecil, tumbuh remaja, dan sampai akhirnya mengenal sosok Rasul, dan menikah. Lebih humanis lah tanpa mengesampingkan besarnya nama dan kedudukan beliau dalam sejarah Islam.. Nah, sejauh ini yang saya temukan si penulis selalu mengaitkan Aisyah dengan sejarah hadits, sejarah islam. Dia seperti bukan pemeran utama. BOSAN DEH. Jadi terlalu kaku. Seperti baca buku pelajaran agama.

Harapan saya membaca sosok Aisyah seperti mendengar orang bertutur tentang peran besarnya dalam kerasulan Nabi Muhammad SAW, sekaligus Aisyah sebagai pribadi...
Tapi sebaiknya saya teruskan dulu deh bacanya... Nanti saya kabari lagi.
Sampai jumpa ya...