Friday, May 22, 2009

bagelen abadi

Apa sih yang kekal di dunia ini?
Ngga ada. Yang abadi ya cuma perubahan.

Kecenderungan, bakat, kemauan, kemampuan, dan kemauan menggunakan akal alias berpikir (saya percaya kalau cerdas bisa dilatih, bukan serta merta :) )
Saya pikir itu modal kita untuk mempercayai kapabilitas sebuah perubahan.. ah ya itu dia modal satu lagi, percaya..

hihi, amin. let's keep the faith

Thursday, May 14, 2009

MENANGIS

Hikmah ini dihadiahkan seorang paman yang baik untuk kami semua.


fr.: Emha Ainun Nadjib (1987)

Sehabis sesiangan bekerja di sawah-sawah serta di segala macam yang diperlukan oleh desa rintisan yang mereka dirikan jauh di pedalaman, Abah Latif mengajak para santri untuk sesering mungkin bersholat malam.

Senantiasa lama waktu yang diperlukan, karena setiap kali memasuki kalimat "iyyaaka na'budu" Abah Latif biasanya lantas terhenti ucapannya, menangis tersedu-sedu bagai tak berpenghabisan.

Sesudah melalui perjuangan batin yang amat berat untuk melampaui kata itu, Abah Latif akan berlama-lama lagi macet lidahnya mengucapkan "wa iyyaaka nasta'iin" .
Banyak di antara jamaah yang turut menangis, bahkan terkadang ada satu dua yang lantas ambruk ke lantai.

"Hidup manusia harus berpijak, sebagaimana setiap pohon harus berakar," berkata Abah Latif seusai wirid bersama. "Mengucapkan kata-kata itu dalam Al-Fatihah pun harus ada akar dan pijakan yang nyata dalam kehidupan. 'Harus' di situ titik beratnya bukan sebagai aturan, melainkan memang demikianlah hakikat alam, dimana manusia tak bisa berada dan berlaku selain di dalam hakikat itu."

"Astaghfirullah, astaghfirullah..," gemeremang mulut para santri. "adi, anak-anakku," beliau melanjutkan,"apa akar dan pijakan kita dalam mengucapkan kepada Allah ‘iyyaka na'budu’?"

"Bukankah tak ada salahnya mengucapkan sesuatu yang toh baik dan merupakan bimbingan Allah itu sendiri, Abah?" bertanya seorang santri. "Kita tidak boleh mengucapkan kata, Nak, kita hanya boleh mengucapkan kehidupan."
"Belum jelas benar bagiku, Abah?" "Kita dilarang mengucapkan kekosongan, kita hanya diperkenankan mengucapkan kenyataan." "Astaghfirullah, astaghfirullah..," geremang mulut para santri.

Dan Abah Latif meneruskan, "Sekarang ini kita mungkin sudah pantas mengucapkan iyyaka na'budu. KepadaMu aku menyembah. Tetapi kaum Muslimin masih belum memiliki suatu kondisi keumatan untuk layak berkata kepadaMu kami menyembah, na'budu."

"Al-Fatihah haruslah mencerminkan proses dan tahapan pencapaian sejarah kita sebagai diri pribadi serta kita sebagai ummatan wahidah. Ketika sampai di kalimat na'budu, tingkat yang harus kita telah capai lebih dari abdullah, yakni khalifatullah. Suatu maqom yang dipersyarati oleh kebersamaan kaum muslim dalam menyembah Allah di mana penyembahan itu diterjemahkan ke dalam setiap bidang kehidupan.
Mengucapkan iyyaka na'budu dalam sholat seyogianya memiliki akar dan pijakan dimana kita kaum muslim telah membawa urusan rumah tangga, urusan perniagaan, urusan sosial dan politik serta segala urusan lain untuk menyembah hanya kepada Allah. Maka anak-anakku, betapa mungkin dalam keadaan kita dewasa ini lidah kita tidak kelu dan air mata tak bercucuran tatkala harus mengucapan kata-kata itu?"

"Astaghfirullah, astaghfirullah..," gemeremang para santri.

"Al-Fatihah hanya pantas diucapkan apabila kita telah saling menjadi khalifatulloh di dalam berbagai hubungan kehidupan. Tangis kita akan sungguh-sungguh tidak tak berpenghabisan karena dengan mengucapkan wa iyyaka nasta'in, kita telah secara terang-terangan menipu Tuhan. Kita berbohong kepada-Nya berpuluh-puluh kali dalam sehari. Kita nyatakan bahwa kita meminta pertolongan hanya kepada Allah, padahal dalam sangat banyak hal kita lebih banyak bergantung kepada kekuatan, kekuasaan dan mekanisme yang pada hakikatnya melawan Allah."

Astaghfirullah, astaghfirullah..," geremang mulut para santri.

"Anak-anakku, pergilah masuk ke dalam dirimu sendiri, telusurilah perbuatan-perbuatanmu sendiri, masuklah ke urusan-urusan manusia disekitarmu, pergilah ke pasar, ke kantor-kantor, ke panggung-panggung dunia yang luas: tekunilah, temukanlah salah benarnya ucapan-ucapanku kepadamu.

Kemudian peliharalah kepekaan dan kesanggupan untuk tetap bisa menangis. Karena Alhamdulillah, seandainya sampai akhir hidup kita hanya diperkenankan untuk menangis karena keadaan-keadaan itu : air mata saja pun sanggup mengantarkan kita kepada-Nya."



Bahasanya kaum “langitan” ya.. tapi intinya bagus. Well, semoga ada manfaatnya... :)

Wednesday, May 13, 2009

till we meet again, fella

Pagi ini saya brangkat kerja dengan malas. Cuaca dingin sepertinya mengajak saya berlindung di balik selimut, meneruskan tidur. Di tengah jalanan yang macet, saya putuskan untuk menelpon salah satu teman baikku. Mencuri energi positif darinya. Berhasil..! :D

ngga lama setelah telfon ditutup, teman saya yang lain menelfon. “Mid, Farah udah ngga ada. Setengah jam yl meninggal.”

....

Hidup memang penuh rahasia ya...?

....

Kalau ingat jaman SMA, siapa sih yang tidak kenal Farah? Energik, aktif di teater, dan hobi membuat orang tertawa, membuat dia populer di kalangan guru dan anak-anak satu sekolah. Saya pikir, orang kantin dan satpam di gerbang pasti kenal juga sama dia. Suaranya yang lantang, gaya bicaranya yang ceplas-ceplos, dan pembawaannya yang selalu riang membuat Farah yang akhirnya punya panggilan Japra dikenal sebagai teman yang supel dan menyenangkan.

Well, saya memang tak terlalu akrab. Kami bertegur sapa dan ngobrol juga pas papasan atau dalam ga sengaja gabung dalam obrolan rame-rame. Lama ngga ketemu dan denger kabarnya, tiba-tiba suatu sore teman saya mengajak pergi ke rumah sakit menjenguk Japra. Saya pikir menjenguk ia dan bayinya, karena saya dengar kemarin dia sedang hamil. Saya putuskan ngga ikut, karena lokasinya juga cukup jauh, di daerah Senen. Saya cuma titip salam untuk Farah.

Beberapa minggu kemudian, saya gabung di milis teman-teman SMU. Dari sana saya dapatkan kabar, Farah sedang berjuang melawan sakit. Bukan karena ia baru melahirkan, tapi karena operasi pengangkatan dua kista dalam rahimnya. Alhamdulillah bayinya lahir selamat lewat operasi caesar. Akhirnya, kista itu berhasil diangkat. Dalam masa penyembuhan yang semakin menggembirakan, ia diperbolehkan pulang ke rumah... berkumpul kembali dengan suami dan bayi, juga keluarga yang setia menanti kesembuhannya. Detail kondisi terakhirnya selalu update di milis kami. Kami semua merasa lega, sambil berdoa semoga ia bisa segera pulih, memeluk bayi mungilnya..

Dua hari yang lalu saya dengar kabar kondisi Farah drop lagi. Ia kembali masuk ICU, dalam foto hasil jepretan teman yang menjenguk, saya kaget melihat Farah yang sedang tidak sadar, wajahnya bengkak, kaki dan tangannya terlihat kurus sekali, seperti tulang terbalut kulit. Sedih. Kenangan 9 tahun lalu kembali menari-nari di benak.

Katanya umur, jodoh, dan rezeki ada di tangan Tuhan. Tak seorang pun menyangka teman kami yang riang itu pergi lewat jalan ini. Farah melepas kehidupannya pukul 09.30 tadi. Selamat jalan, teman.. Semoga perjalananmu menuju Sang Khalik tenang, lapang dan terang...

Thursday, May 7, 2009

secret of happines

Saya lupa darimana mendapatkan kalimat-kalimat baik ini.
Salah satu rahasia untuk belajar menjadi bahagia, semoga.. :)



Rahasia Kecil Kebahagiaan

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain.

Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan.

Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan sesuatu bagi orang lain.

Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih. Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurahhatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya.

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah.

Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsipiil.


c? nice, isn't it?

iced war

Saya hendak bersiap mandi ketika mendengar sebuah percakapan menarik antara Farhan dan Kassandra Putranto (seorang psikolog keluarga) dalam talkshow radio. tema topik pagi itu adalah Perang Dingin, dan, kunci sebuah manajemen konflik saat "lawannya" adalah pasangan hidup. wuih.. beurat nih..


hm, yah itung-itung sangu lah ya buat nanti.. he he..


Nah, inilah dia rangkuman talkshow yang berhasil menggamit saya untuk duduk manis di atas kasur sampai akhirnya telat berangkat ke kantor :D


Dalam berhubungan dengan siapa pun, akan ada masa-masa yang tidak bisa kita hindarkan, salah satunya saat kita berseberangan, berbeda pendapat yang bermuara pada munculnya konflik. Sayangnya mengapa kita sering dipusingkan dengan perbedaan? Menemukannya, meruncingkan, lantas melupakan pada titik mana kita berada pada sebuah kebersamaan, harmoni yang membuat kita saling hormat dan sayang. Pada akhirnya kita lebih fokus membahas perbedaan tersebut, alih alih mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi.


Sebuah konflik bisa jg berawal dari aksi labelling. Sebetulnya kita bisa memilih u tidak melakukan labelling-labelling yang akhirnya membuat kita tersakiti. Kadang seseorang memaksakan standarnya pada pasangan dan ketika itu tidak terpenuhi, orang tersebut akan tersakiti. Misalnya, setiap ulang tahun seseorang berharap pasangannya akan memberinya bunga dan hadiah. Karena itu sudah menjadi ukuran wajib sebuah perhatian dan kasih sayang pasangannya. Ketika sang pasangan pulang dengan membawa hadiah tanpa bunga, ia sakit hati, kecewa dan melabelinya dengan kata "kamu ngga sayang ya sama aku". Padahal kalau kita mau melihat lebih luas, sesungguhnya ukuran menyayangi kan tidak selebar label itu, pun kalau istrinya mau melihat dari sisi suaminya, atau sebaliknya, mungkin punya standar dan budaya (baca: nilai) yang ia bawa sejak kecil.


Hm, yen tak pikir-pikir benar juga ya, seringkali kita menemukan kekecewaan2 muncul akibat sistem standar dan label yang kita bakukan sendiri. Kuncinya adalah komunikasi dan keduanya saling mengerti satu sama lain dan tidak egois, menumbuhsuburkan ego masing-masing.


nah, ini nih yang butuh keahlian tingkat cihuy (saya ngga mau ah bilang tingkat tinggi, semua dimensi dalam sebuah relationship kan ada seninya masing2. hehe...) Sebaiknya kita memahami mekanisme pasangan saat menghadapi dan menyelesaikan masalah. ada yang right here right now, ada yang mundur sejenak dari masalah, atau ada yang lari dari masalah. Jadi, setelah kita memahami mekanisme satu sama lain, belajarlah untuk tidak memaksakan mekanisme kita padanya. kalau istilah teman saya, seperti main layang-layang, kita sama-sama memiliki keinginan dan harapan, maka harus pandai mengerti kapan menarik kapan mengulur.


Saat merasa kesal dan menjadi emosional, segera salurkan energi pada hal-hal yang membuat Anda produktif karena emosi itu bisa menjadi bensin dari segala perilaku. Saat emosional, baik itu marah, sedih, bahkan senang, orang bisa melakukan apapun. Wah, lucu juga nih, bisa beberes rumah mulai dari lap-lap, kebut-kebut, sapu-sapu sampai ngepel. mungkin kl emosinya advanced level bisa nyikati genteng. he.. he.. hm, satu paket pekerjaan upik abu bisa beres dalam sekejap mata nih.

ohya, berpikir dan bersikap positif juga bisa menghindarkan kita dari kebiasaan psikosomatis. asli, saya ngakak waktu mendengar kata ini. Awalnya saya mengernyit, tak paham. tapi saat mencerna lagi saya tergelak. psiko + somatis.. fitrahnya, perasaan perempuan memang lebih lembut dan halus dibanding pria. Namun pada kadar dan kondisi tertentu, akhirnya kehalusan itu bisa mendatangkan "kesakitan". Akhirnya, yang bersangkutan akan diribetkan dengan sakit kepala dan sakit perut yang bermula dari pikiran yang tidak menyenangkan.

Nah, serunya, dari sinilah kita akan belajar seni baru, yaitu bersabar dan ikhlas.. humm, tapi bab yang ini sih tidak dibahas di talkshow ibu Kassandra tadi.. ini hanya kesimpulan subjektif saya.

Wallahualam...

Smoga tak pernah merasa cukup untuk belajar...